Suasana sunyi dan syahdu yang kontemplatif melingkupi area Gereja St, Fransiskus Xaverius pada Jumat, 18 April 2025.

Pada hari Jumat ini, tepatnya hari Jumat Agung, Gereja Katolik universal berkabung untuk memperingati sengsara dan wafat Tuhan Yesus Kristus di kayu Salib. Pengenangan ini juga disertai kewajiban berpantang dan berpuasa sebagai upaya penghayatan akan penderitaan Yesus dan pertobatan.

Sesaat sebelum penghormatan, Salib diangkat dan dibawa masuk, sembari imam menyanyikan antifon “Lihatlah Kayu Salib” sebanyak tiga kali dengan nada dasar yang semakin naik setiap kalinya. Hal ini menegaskan bahwa Salib, yang dahulu adalah lambang kehinaan, kini menjadi lambang kemuliaan Tuhan dan kemenangan bagi seluruh umat manusia. Melaluinya, Tuhan telah menang atas dosa dan maut.
Salah satu kekhasan lainnya pada setiap hari Jumat Agung adalah doa umat didoakan secara meriah (Doa Umat Meriah). Jika biasanya doa umat ditujukan kepada lingkup yang lebih kecil, pada kesempatan ini, doa umat juga diperuntukkan bagi seluruh dunia, seturut dengan teladan Kristus yang rela mengorbankan dirinya demi keselamatan seluruh manusia, tanpa pandang bulu.

Meski dalam suasana berkabung, kita tetap diajak untuk bersyukur atas rahmat keselamatan yang dianugerahkan Allah melalui Putra Tunggal-Nya. Selain itu, Pastor Henricus, CM, dalam homilinya pada Ibadat Jumat Agung 1, menekankan bahwa kita selayaknya mengampuni seperti Yesus sendiri yang mengampuni dosa-dosa kita hingga sengsara dan wafat di Salib.
Semoga pengenangan akan Salib Yesus semakin menyadarkan kita, betapa Allah begitu mencintai kita, dan betapa kita begitu berharga di mata Allah. Mari, kita bersembah sujud kepada-Nya!
“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13)